Disaat kelam yang telah larut dalam angin dingin, aku masih saja duduk terpaku memandangimu. Kau tampak tak bergerak, tak nyaman. Kau hanya menghempaskan kebisuanmu kearahku, dan seketika membeku. Air mata yang masih awet menggenang sengaja aku tahan agar tidak rapuh dihadapan kebisuanmu.
Tapi kau tau? Itu sangatkah menyakitkan indah
Aku akui, aku hanyalah seorang wanita, seperti kebanyakan wanita. terkadang, terbesit rasa IRI, melihat mereka yang lain melepeskan tawa mereka, membesitkan canda mereka, sesekali jalan berdua, dan meskipun teman mereka sedang melakukan hal yang lebih asyik.
Tapi sudahlah, itu hanya perasaan kecilku saja, dan akan hilang dengan sendirinya.
Aku akan menegaskan sekali lagi
"Aku bahagia dengan semua ini"
"Aku bahagia dengan kedinginan ini"
- Aku sudah terbiasa kedinginan sendirian
- aku terbiasa dengan kebekuanmu
- aku terbiasa meluluhkan kebekuanmu dengan banyak "tanya"
- aku sangat terbiasa tertawa sendiri, melihat dia disana tertawa bersama teman-temannya
- DAN aku telah terbiasa membunuh bisumu dengan senyumku dan tawa dalam kebekuanmu
"Unfortunately, you never understood. Or I haven’t been good enough to make you understand"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar